" Find The Bestfriend on his heart, not on his property "

Selasa, 27 Desember 2011

Kisah Aoko dan Kaito

KAITOO!" Suara Aoko menggelegar ke seluruh ruangan, membuat Kaito kaget. "Apa maksudmu memasukkan kecoa ke tasku!" Tanya Aoko sambil mengayun-ayunkan mopnya ke segala arah, mengejar Kaito. "Haah! Masa begitu aja marah! Kamu tuh short tempered, ya?" goda Kaito sambil menghindar dr pukulan mop Aoko. "GOTCHA!" Sahut Aoko sambil melayang kearah Kaito. BLETAK! Mop Aoko pas mengenai kepala Kaito dengan keras. "Huwee…" Kaito terhuyung-huyung sebelum pingsan. BRUUK! Kaito pingsan.
Yep, beginilah kehidupan yang selama ini diidam-idamkan Kaito. Setelah menghancurkan BO beserta batu Pandora, Kaito menceritakan semuanya. Tentang Kaito Kid. Pada Aoko. Pada public. Dan dia hidup tenang dan santai setelah menemukan rahasia ayahnya yang meninggal.
Dan pasti kalian bakalan menerka-nerka apa yg terjadi setelahnya, kan? Suatu hal yg luar biasa setelah semua batu permata curian Kid dikembalikan, dunia Internasional MEMAAFKANNYA! Bahkan setelah mendengar kisah Kaito, banyak orang yg terharu bahkan menangis. Bahkan Inspektur Nakamori yg short tempered itu pun merasa iba dan melepaskannya.
Setelah semua urusan dengan public selesai, Kaito pun sering dipanggil sebagai seorang pesulap handal. Dari situ Kaito bisa menghasilkan uang untuk kelangsungan hidupnya dan ibunya. Bisa dibilang, dia pesulap yg GO INTERNATIONAL. Dan apa yg terjadi antara Kaito dan Aoko?
SEMINGGU YANG LALU SETELAH SEMUANYA TERUNGKAP…
Kaito merasa jantungnya mau copot ketika hendak melakukannya. Hatinya sudah mantap, tapi badannya gemeteran banget dr tadi. "Kaito?" DEG! Suara Aoko mengagetkan Kaito yg lagi berdiri di ujung tangga turun. "Waa!" karena kaget… BRAK BRUK… Kaito jatuh dari tangga. "Kaito! Kamu nggak apa- apa? Moron! Kenapa begitu saja kaget, sih?" sahut Aoko sambil membantu Kaito berdiri. "Ng? kotak apa itu yg kau pegang?" Tanya Aoko lalu langsung mengambil kotak biru dr tangan Kaito. "Waaa! Jangan!" larang Kaito sekaligus panic. Kotak itu berwarna putih dngn pita biru. Di tengah pitanya ada hiasan clover warna biru. PLEK.. Aoko membuka tutup kotak itu. Matanya membundar melihat sebuah kalung yg indah. Kalung itu dari perak, dengan bandul berlian berbentuk salib. "Keerreen… Ini buat siapa? Ibumu, ya?" Tanya Aoko. "Waaw! Bukan! Bukan!" jawab Kaito ½ berteriak lalu merebut kotak itu dari Aoko. Ya, sebenarnya kalung itu buat Aoko. Kaito pikir Aoko sangat cocok mengenakannya.
"Eh! Kaito, besok kan hari Minggu? Mau temenin aku, nggak?" Tanya Aoko. "Kemana?" Tanya Kaito balik. "Ke.. AKUARIUM!" Jawab Aoko dengan nada riang. "GYYYAAA! I, IKAAN! AKUARIUM!" Kaito berteriak kerrass banget sampai banyak murid yg mengalihkan pandangan ke mereka berdua. "Lepaskaan! Aku nggak mau pergi ke akuarium atau kolam ikan! Aku nggak sudi! NGGAK SUDII!" Kaito berusaha melarikan diri. "Ayolaah! Nggak apa-apa kok! Lagian kan akuarium yg baru jadi!" tahan Aoko. "Nggak mauu!" jawab Kaito. "Ayolah atau aku nggak akan membuatkan bekal untukmu lagi!" paksa Aoko. Gerakan Kaito terhenti. Nggak dibuatkan bekal Aoko lagi? No Way! Kaito paling suka bekal buatan Aoko daripada bekal buatan ibunya sendiri. Rasanya enak jadi seperti berada di surga. "Yaah…" Kaito pasrah.
Pada hari h-nya rasanya Kaito mau mati saja. Bagaimana tidak? Di dunia ini dia paling benci sama yang namanya IKAN. Entah apa penyebabnya Kaito sangat benci ikan. "Waah! Itu dia akuariumnya! Ayo cepat Kaito! Cepat!" ajak Aoko. "Tenang.. Poker Face harus tenang! Harus bersikap cool dan tenang…" Kaito mengiyakan dirinya sendiri dalam hati. "Kaito? Kamu berkeringat dingin, ya? Mukamu kok pucat?" Tanya Aoko mengagetkan Kaito. "Ha, Haah! Si, siapa yang berkeringat dingin!" sanggah Kaito buru-buru. Akhirnya, mereka masuk akuarium. Mata Kaito membundar. Dia memasuki akuarium raksasa. Banyak ikan. Di sekelilingnya ada ikan. Baik yang besar maupun yang kecil. "GYYYAAAA! IIIIKKKAAAANNN!" Kaito berteriak keras sekali sampai-sampai mengalihkan perhatian pengunjung lain. "GYYAAA! TAMAT AKUU! DUNIA KIAMAAT!" Seru Kaito lari pontang panting menuju pintu keluar. "Kaitoo! Kamu mau kemana?" Aoko ikut mengejar Kaito. "Hhhh! Hhhh!" Kaito ngos-ngosan. Mereka sampai di pintu keluar. "Kaito! Kamu gimana sih! Kita belum sempat melihat ikan- ikan di akuarium itu! Tiketnya jadi sia-sia kan!" marah Aoko. "Kamu ini juga aneh! Masa kamu nggak TAKUT sama yang begituan! Jantungku mau copot tadi tau!" Kaito membela dirinya sendiri. "Mereka kan mahkluk kecil yg lucu! Masa sama yang beginian kamu TAKUT?" Aoko balik menyerang. "Tau deh! Aku mau pulang! Dan jangan ajak aku lagi ke tempat seperti itu lagi!" Kaito membalas balik lalu lari pulang.
"Uuugh! Ughhh! HWWAAAAH! KAITO BODOH! GOBLOK! BAKA! BAKAAA!" Seru Aoko melampiaskan kekesalannya setelah pulang ke rumahnya. DAK! DAK! DAK! Aoko memukul matras di samping lemarinya pakai mop dengan sekuat tenaga sambil ½ menangis. "Aokoo! Ada apa, sih? Jangan buat keributan, dong!" ayahnya Ginzo Nakamori muncul dari dapur. "Ayah nggak tahu! Ayah nggak tahu! Kaito itu lhoo! Si Kaito-baka!" jawab Aoko tanpa menoleh ke ayahnya sambil terus memukul matras lebih kuat. DAK! DAK! DAK! DAK! Ayahnya hanya geleng- geleng kepala lalu balik ke dapur.
Sementara itu, dirumahnya, Kaito lagi memaki-maki dirinya sendiri. "Boddoooh! Aku bodoooh! Harusnya aku nggak mengatakan hal sekasar itu pada Aoko! Aku ini gimana, sih! A, Aku akan minta maaf pada Aoko!" teriaknya dalam hati. TOK TOK.. Kaito mengetuk pintu rumah Aoko. "Yaa!" sebuah suara menyahut. Ketika Aoko membuka pintu betapa terkejutnya dia melihat Kaito berdiri di depan pintunya. "Mau apa lagi! Apa kamu mau menyerangku lagi dengan seribu ejekan untukku yang memarahimu tadi siang!" marah Aoko dngn nada tinggi. Matanya merah krn menahan tangis sedari tadi. Pipinya juga merah, kaget melihat Kaito datang. "Aoko.." jawab Kaito lembut. "SANA PULAANG! AKU NGGAK SUDI KETEMU KAMU LAGI!" usir Aoko. "Aoko, tunggu!" sahut Kaito sambil memegang tangan Aoko. "Lepaskan! Aku nggak sudi kepegang kamu!" Aoko berusaha melepaskan tangannya. "AOKO!" Kaito berteriak memanggil namanya keras, membuat Aoko terkejut dan agak takut. "Aku minta maaf… Aku membuatmu kesal.. tapi sebelum kamu lebih membenciku.. Ada yg ingin kukatakan. Aoko.. Aku.. MENYUKAIMU!" perkataan Kaito membuat Aoko tersentak. Pipinya menjadi sangat merah mendengar apa yg dikatakan Kaito. Kaito MENYUKAIKU! Pikirnya.
Keheningan sangat terasa di tempat mereka sekarang. Aoko yg ditarik Kaito masuk ke pelukan Kaito, sementara Kaito memeluk Aoko. Bahkan dinginnya malam tidak terasa. Mereka berdua merasakan kehangatan satu sama lain. Selama beberapa menit, mereka lagi dalam keadaan sadar, namun nggak respon sama apa yg mereka berdua lakukan. Kaito duluan yg sadar. "WAAA! A, Aokoo! Lu, lupakan saja yg baru aku katakan! Lupakan! Lupakan!" teriak Kaito. BOOM! Sebuah bom asap diledakkan mengelilingi Kaito dan Aoko. Kaito kabur. Tetap dengan pipi merah, Aoko melihat sesuatu dibawah kakinya. Sebuah kotak berwarna biru yg dilihatnya kemarin di tangan Kaito. Dia membuka kotak itu. Ada kalung yg berada di kotak itu seperti kemarin. Ng? tapi di sampingnya ada kartu. "Untuk Aoko," bacanya. "U, untukku? O, Ok! Aku akan membacanya," yakin Aoko. Dia lalu membuka lipatan kartu itu.
Untuk Aoko, kurasa ini saat yg tepat untukku untuk mengatakan ini padamu. Aoko, aku menyukaimu, aku suka kamu. Senyummu, tawamu, dan marahmu. Semuanya dari dirimu aku suka. Tapi aku terus tersiksa kalau begini. Aku nggak ingin berlama-lama menyembunyikan perasaanku seperti aku terlalu lama menyembunyikan identitas keduaku sebagai Kaito Kid. Aoko, aku suka kamu. Maukah kamu menjadi pacarku? Kalau kau menerima, besok pakailah kalung dariku. Tapi bila kamu nggak menerima, kamu boleh menyimpan atau bahkan membuangnya. Aku menunggu jawabanmu yg sesungguhnya berasal dr dalam hatimu.
Kaito
Aoko kaget setelah membacanya. "Kyaa! Ka, Kaito suka aku! Mana mungkin!Aoko berteriak. "Tapi, kalau memang begitu.. Sebenarnya aku juga menyukai Kaito.. Tapi kalau fans Kaito tahu hal ini? Ah, aku akan tetap memakainya.. karena aku juga suka Kaito, apa salahnya?" pikir Aoko dalam hati. Aoko memakai kalung dari Kaito dan memasuki rumahnya dengan perasaan bahagia.
Di rumahnya, muka Kaito meraaaaaah padaaam!.. Dia berteriak-teriak seperti orang gila, lompat2 di kasur, guling2 di lantai dan menelungkupkan muka di kasur berkali- kali. Ibunya membiarkannya karena mengerti kalau Kaito sudah melakukan sesuatu yg tdk pernah dilakukannya sama sekali dalam hidupnya; menyatakan perasaannya pada Aoko. "UWAAW! APA YANG SUDAH KULAKUKAN! KESAMPAIAN JUGAA! HWAAAH! GIMANA NIH! GIMANA NIH! AKHIRNYA! AKHIRNYA! WAAW!" seru Kaito dari dalam kamarnya. Perasaannya campur aduk, senang, grogi, kaget, deg-degan, benar-benar campur aduk dalam hatinya. BRUK! Kaito menjatuhkan dirinya ke kasur. "Haah… Aku nggak nyangka aku bisa menyatakannya! Tapi gimana kalau dia nggak menerima..." memikirkan resikonya, Kaito kembali lemas. TOK TOK TOK.. Pintu kamar Kaito diketuk. Ibunya Chikage, masuk. "Hei orang setengah waras! Sudah selesai teriak- teriaknya?" Tanya ibunya dgn nada bercanda. "Yahh.." jawab Kaito. "Sepertinya kamu sudah melakukan sesuatu yg tidak biasanya, ya?" goda ibunya. "Ahh! Ibu!" Kaito membenamkan wajahnya ke bantal. "Hhh.. Kalu tahu? Kamu sangat mirip dngn ayahmu. Sangat blak-blakan! Kamu seperti duplikat ayahmu, Kaito. Aku tahu Aoko pasti takkan menolakmu!" sahut Chikage lalu menyentil dahi Kaito. "Kenapa?" Tanya Kaito lagi. "Sebab, Aoko mirip aku, dan kau mirip ayahmu. Aku yakin pasti Aoko takkan menolak. Jika dia tidak menerimamu, ibu takkan pernah memasakkan ikan lagi untukmu, Sebagai bentuk menghibur!" jawab Chikage dngn nada yakin lalu beranjak pergi dari kamar Kaito.
Esoknya Aoko gugup banget. Dia tidak menghabiskan sarapannya. "ahh.. Aku mau masuk paling pagi, duduk jauh dari Kaito, taruh tas cepat- cepat, dan bersembunyi dari Kaito sampai bel masuk!" Begitu pikir Aoko. Dalam perjalanan menuju sekolah, terlihat kilatan cahaya di balik baju sailornya. Ya, Aoko memakai kalung itu. Dan, betapa beruntungnya dia, sekolah masih sangat sepi. Hanya beberapa anak yg baru datang,dan hanya ada kepala sekolah duduk di ruang guru sambil menikmati kopi. Tapi, betapa terkejutnya dia ketika melihat Kaito di kelas! "e, eh.. Aoko?" Tanya Kaito. "hwuuaa!" Aoko segera melempar tasnya ke bangku dan segera lari menjauh dari kelas. Sementara itu Kaito terbengong melihat Aoko lari menghindarinya."Kenapa responnya seperti itu.. Haah!" Pikir Kaito sambil duduk di bangku kedua setelah Aoko. "Kuroba?" Sebuah suara menyahut. "ah, Hakuba! Selamat pagi," jawab Kaito. "kenapa mukamu ogah- ogahan begitu, Lupin era Heisei?" Tanya Hakuba. Kaito nggak menjawab. "ah ya, tadi aku melihat Nakamori berlari di koridor. Dia kelihatan gelagapan setelah keluar," tambah Hakuba. "benarkah itu! Kemana kamu melihat dia pergi?" Tanya Kaito tiba-tiba, pas setelah Hakuba berbicara. "eh, ke taman," jawab Hakuba heran. "terimakasih, Haku-baka! Tolong isikan absenku, ya!" Kaito lari keluar kelas lalu mengejar Aoko. "hhh! Lagi- lagi dia memanggilku dngn sebutan Haku-baka!" Keluh Hakuba.
Di taman, Kaito mencari Aoko dngn seksama. "Dia pasti ada disekitar sini!" katanya pada diri sendiri. Kaito mendekati sebuah pohon sakura. Karena sekarang musim semi, bunga sakura itu berbunga dngn indahnya. Tapi bukan bunga sakura yg dicari Kaito. Dia mencari Aoko. "Aoko, keluarlah!" sahut Kaito. Kontan saja Aoko yg lagi bersembunyi di balik pohon sakura kaget. Dia tdk mengira Kaito bisa mengetauhi keberadaannya. "Aoko, sudah kubilang lupakan saja apa yg kukatakan, karena kamu bebas memilih," kata Kaito pada Aoko yg baru saja muncul dr balik pohon sakura. "Kaito, a, aku nggak akan melupakannya! Nggak AKAN! Selamanya!" jawaban Aoko membuat Kaito kaget. Dan Aoko menjawab dngn muka merah. "Ta, tapi Aoko, lupakan saja! Sudah kubilang, lupakan saja! Jika kamu nggak melupakannya, kita… Ngak bisa seperti dulu lagi! Nggak bisa saling mengejek lagi! Nggak bisa berantem lagi, seperti dulu! Makanya, lupakan saja, Aoko! Kumohon!" kata Kaito lagi, kini dngn muka memerah juga. "Su, sudah kubilang, aku nggak akan melupakannya, Kaito. Karena, aku juga sama. Aku juga SUKA denganmu, Kaito! Makanya, aku nggak akan melupakannya!" jawaban Aoko membuat Kaito membeku-mencair. "WAAW!" Tiba- tiba saja mereka berdua menjerit. Ternyata mereka berdua sama2 saling suka. "Beneran, nih Aoko?" Tanya Kaito ragu-ragu, kaget, sekaligus dngn muka super crimson. "Yah, sebenarnya aku juga nggak percaya aku suka sama seorang Lupin era Heisei, tapi hatiku nggak bisa dibohongi," jawab Aoko sambil tersenyum dengan muka memerah. "Kalau begitu, Aoko," perkataan Kaito tertahan. Dia menengguk ludahnya sendiri sebelum sempat mengatakannya. "Aoko, maukah kau jadi pacarku? Aku nggak akan mengecewakanmu, selamanya," perkataan Kaito membuat Aoko kaget. Dengan kepercayaan 1000 % Kaito langsung nembak Aoko. Aok sempat terdiam sejenak, memperhatikan Kaito yg grogi menunggu jawaban Aoko. Kemudian Aoko tersenyum simpul. "Kurasa aku bisa, soalnya dari dalam lubuk hatiku, aku juga menginginkannya," jawab Aoko tersenyum. "Ja, jadi kamu.." Kaito tdk percaya dengan apa yg baru saja didengarnya. "Ya, Kaito! Aku suka kamu, aku mau jadi pacarmu!" jawab Aoko dngn nada sumringah. "Eh! HORRAAY! Akhirnya! Kamu jadi pacarku, dan aku nggak akan meninggalkanmu lagi!" sahut Kaito sambil memeluk Aoko. Keduanya diselimuti perasaan senang dan bahagia. Bunga sakura yg berguguran menambah suasana mesra antara mereka berdua.
Akhirnya, mereka balik ke kelas. Tambah lagi, mereka pegangan tangan. Lucu ya, tapi bila ada orang, mereka melepaskan pegangan tangan mereka. Pada saat mereka membuka pintu.. "SELAMAAT YA! KAITO DAN AOKO JADIAN!" Suara meriah menyambut Kaito dan Aoko. "HAAH! KE, KENAPA!" Kaito dan Aoko kaget melihat teman- temannya menyambut mereka. Ada yg memegang cracker, ada yg membunyikan terompet, dan ada yg tertawa-tawa. "Kamu nggak nyadar, Kuroba? Kelas kita sudah mulai penuh saat kamu menemukan Nakamori dibalik pohon sakura. Lalu Koizumi melihat kalian berdua dan memberitahukan pada kami semua, dan kami nonton lewat jendela, deh," jawab Hakuba dngn nada jahil dan ½ tertawa. "Eeeh.. Nggak mungkin! Jadi, kalian pada lihat kami berdua dari tadi!" Tanya Aoko dngn muka super firm red . "Iya! Kapan nih First Date-nya?" Tanya Keiko. "Kaito, kuharap kamu senang, deh! Aku sudah merelakanmu demi Aoko, jd bahagiakanlah dia!" tambah Akako. Seluruh kelas bergerombol menyerang mereka dngn berbagai pertanyaan. Sejenak Kaito dan Aoko terdiam. Kemudian dua- duanya menyunggingkan senyum bahagia sambil berkata, "NO COMMENT..!" dengan tertawa begitu lepas, Kaito dan Aoko lalu lari dari teman2 sekelasnya, sambil tertawa- tawa.
†THEEND†

Minggu, 25 Desember 2011

~ Cerpenku, My Mom Is My Everything

 Delia, ayo, berhenti dulu! Masa terus terusan bermain, sih? " Tegur Ibu. Huh! Kesal! Padahal ini lagi seru serunya main Game Online yang baru.
" Aduh, Ma .. Ini kan Liburan! " Keluhku.
" Meskipun Liburan, Harus ada batasnya dong! Liburan juga membutuhkan Istirahat, sayang, " Jawab mama. Apa Boleh buat, aku pun meng Close Program Game Onlineku itu.

Sebelumnya, aku mengambil Novel Karya Sahabatku, Novel Karya Sahabatku itu, adalah Kumcer. Judul Utamanya berjudul, " Mom Is my Everything "

Aku menutup sedikit Pintu kamarku. Aku segera membuka Kumcer yang tadi kubawa itu, dan ..
" DELIA! Ini Waktumu untuk Les Bahasa Spanyol! Kamu lupa, ya? " Ingat Mama. aku menepuk dahiku. Ini Les Bahasa Spanyol ya, LES YANG PALING MENGERIKAN SELURUH DUNIA #lebaymodeon

" Adduuuh, Maaa ... Kenapa aku harus Les sih!? Aku sama sekali enggak punya waktu Istirahat!! " Keluhku.
" Tadi disuruh Istirahat, kamu enggak mau. Yasudah, sekarang mama suruh kamu Les Bahasa Spanyol! " Jawab Mama. Aku kesal dengan Mama. Kekesalanku semakin bertambah saat lelihat itu ..

Kulihat adik dan kakakku, Syifa dan kak Tania, santai santai saja. Lho? Seharusnya, Syifa 'kan, Les Bahasa Italia dan kak Tania Les Bahasa Prancis? Kok bisa, sih?

" Ma! Kenapa Syifa dan kak Tania enggak pergi Les!? " Tanyaku
" Katanya, mereka capek, sayang. Sudah, pergi mandi sana! " Suruh Mamaku. Aku kaget
" Ma!!!!!! Syifa dan Kak Tania capek boleh enggak les, kok aku enggak boleh!? Yaaah, mama pilih kasih! " Aku kesal kepada Mama. Aku pun pergi Les dengan perasaan sangat kesal.

DEG! Tiba - tiba, aku teringat sesuatu. Oiya, hari ini kan ada PR Matematika 50 Soal, PR IPS 100 Soal, dan besok kan Ulangan IPA sama PKN! Waduuh, Waktuku untuk mengerjakan dan Belajar ancur, nih!!!! Gimana, nih? Coba kalau enggak les Bahasa Spanyol, pasti aku sekarang sudah mengerjakan PR MTK!!!!, Pikirku gawat. Aku melanjutkan langkahku.

Aku benar benar Bosan saat Les, Mana gurunya gak jelas neranginnya lagi .. Huwaah! Aku ngantuk.

Jam 5! YEEYY! Saatnya Pulang Dari Les! Yah, tapi aku harus mengerjakan PR! Yang kalau digabung soalnya 150!!!! Mana Gurunya Bu Santi lagi, Kalau gak ngerjain PR kan dihukum berdiri di luar kelas selama 3 Jam Pelajaran! Huwaa! Akhirnya, aku belajar dan mengerjakan PR sampai jam setengah satu. Hoaam .. Aku ngantuk sekali.

Seperti yang kalian duga, tidurku sama sekali enggak nyenyak. Jelas dong, Tidur jam Setengah satu bangun jam setengah lima ..

Aku segera mandi dan Sarapan. Aku menunggu Jemputanku datang. Saat sudah tiba di sekolah, tiba tiba ..

DEG! Aku lupa sesuatu .. Ya, PR MTK dan PR IPS!!!! Gawat nihh .. jadi, percuma dong usahaku mengerjakan itu sampai begadang .. Apa boleh buat ..

Aku menelepon Mamaku di Kantor. Aku suruh membawakan PR MTK dan PR IPS. 2 Jam berlalu, mamaku tak kunjung datang.

Tiba - tiba .. Ada mamaku membawakan PR MTK dan PR IPS. Huh! Telat! Pelajaran IPS aja sudah selesai!!

Saat Pulang, kulihat Syifa dan Kak Tania kesal. Syifa berceloteh begini, " Gara gara tadi aku enggak bawa PR PKN, aku disuruh bersihin kamar mandi! Mana Kamar mandinya bau lagi! Padahal aku sudah minta mama di telepon buat bawain, tapi gak dibawain! " Keluh Syifa. Kak Tania juga ikut bercelloteh, " Sama! Aku gak bawa PR IPA aja, disetrap di depan Kantor 5 Jam! Aku juga sudah minta mama bawaiin PR IPA ku!! " Keluh kak Tania juga.

Kini aku sadar, Syifa dan kak Tania enggak dibawain PR, tetapi mengapa aku dibawain padahal sekolahku jauh sekali dengan sekolah mereka .. Thank you, My Mom ..

Kamis, 22 Desember 2011

Curhat Nindy

Friends, aku sedih banget nih ..


Ya, Apa? FB ku kena hack! sekarang gk bisa dibuka lg, jadi aku buat akun baru. meski aku dikit nyamar, loh, ya! 
Sedih banget, FB yang sudah kubangun tahun 2009 itu, sudah mempunya friend 600! Bayangkan, apa enggak eman banget, tuh!?
Kalau mau add, Silakan ya add :
http://www.facebook.com/profile.php?id=100003263269261
Okay?
Daah! 

Selasa, 20 Desember 2011

About Maintatei Conan !!!!

Tau Maintatei Conan, gk? Itu lho, Komik Detektif Conan yang ada Di Indonesia. Sekarang 1 - 64 Komik Conan sudah beredar di Toko Buku Indonesia. 

Beberapa Movie Conan yang bisa kalian temukan di Toko DVD :

1. Quarter Of Silence
2. Temple Of Samura
3. Boat Mistery
4. Park Mistery 
5. Running Out Of Time
6. Card Fine
7. Scorpion Magic


Sebenarnya masih ada banyak, tapi segitu dulu ya ..
Daah!
NB : Maaf belum bisa kasih fotonya :) Gapapa kan ?

Lagu Kesukaan

Hai! Kali ini, aku mau me nge share Lagu2 sukaanku. Diantaranya :


1. Feel My Soul ~ YUI
2. Galau ( Too Late ) ~ NSG Star
3. Takut ~ Vierra
4. Lazy Song ~ Bruno Mars
5. Trouble is a friend ~ Lenka


Itu menurutku TOP RATED SONG!
Kalau kalian ? 

Senin, 19 Desember 2011

Pet Society

Hai, sudah lama banget ya, aku gk posting. Nah, sekarang aku pingin .. Kalian punya Facebook gk? Kalau punya, kalian pernah main Petsociety? Kalau pernah, jadi temennya Candy ya! Oke???? Bye bye

Kamis, 15 Desember 2011

Sinopsis Hafalan Shalat Delisa

Tau Buku Hafalan Shalat Delisa yang dikarang oleh Tere-Liya gk? Itu mau difilmkan, loh! Ini Sinopsisnya :



 tentang seorang anak perempuan berumur 6 tahun, namanya Delisa, anak bungsu dari empat bersaudara dalam keluarganya, kakak-kakaknya bernama Cut Fatimah, Cut Zahra, dan Cut Aisyah. Mereka berdomisili di Aceh, tepatnya di Lhok Nga. Abi, panggilan untuk ayahnya, bekerja sebagai seorang pelaut. Bekerja sebagai ahli mesin kapal tanker, berlayar hingga berbulan-bulan. Ummi, panggilan untuk ibunya, tinggal bersama ia dan ketiga kakaknya di Aceh. 
 
Suatu hari, Delisa mendapatkan tugas dari gurunya, Ibu Guru Nur, yakni tugas menghafal bacaan  sholat. Motivasi dari Ummi, berjanji akan memberikan hadiah jika ia bisa menghafal bacaan sholat, menambah semangat Delisa untuk menghafal. Hadiah yang dijanjikan Ummi itu berupa kalung yang dibeli di toko Koh Acan, Koh Acan adalah penjual perhiasan di pasar Lhok Nga. Koh Acan juga sahabat Abi Delisa. Saat itu Koh Acan memilihkan kalung yang ada huruf D, artinya D untuk Delisa. Delisa senang bukan kepalang dan tak sabar untuk mengenakan kalung itu.

Delisa menghafal diwarnai dengan sikap kakak-kakaknya yang pro dan kontra. Ustadz Rahman yang merupakan guru TPA Delisa, juga banyak mengisi hari-hari Delisa menjelang setoran hafalan shalatnya pada Ibu Guru Nur. Semangat dan usaha Delisa tak sia-sia, ia mampu menghafal bacaan shalat. Ia bertekad harus lancar saat praktik di depan Ibu Guru Nur dan teman lainnya. Shalat yang sempurna untuk pertama kalinya.

Ketika Delisa mempraktikkan hafalan sholatnya di depan kelas, gempa yang disertai tsunami melanda bumi Aceh. Seketika keadaan berubah. Ketakutan dan kecemasan menerpa setiap jiwa saat itu. Namun, Delisa tetap melanjutkan hafalan sholatnya. Sesaat akan melaksanakan sujud pertamanya, Delisa roboh dan hanyut oleh terjangan air laut yang sangat kuat.

Hari itu adalah hari dimana semua perhatian tertuju pada Aceh. Korban mencapai 15.000 jiwa, mungkin bisa lebih. Termasuk Ummi, dan ketiga kakak Delisa juga menjadi korban. Beruntung Delisa bisa selamat karena Ibu Guru Nur mengikat Delisa pada sebuah papan dengan kerudungnya. Meskipun Ibu Guru Nur juga meninggal dunia. Berhari-hari Delisa terbaring kaku di semak-semak, kaki dan tangannya patah, tapi gadis kecil ini masih bernafas. Sampai akhirnya, Angkatan Laut Amerika menemukan Delisa. Delisa harus dirawat, kondisinya kritis, kakinya harus diamputasi. Suster Shopi dan kak Ubay adalah sukarelawan yang merawat Delisa di atas kapal Angkatan Laut Amerika. Mereka menyayangi Delisa. Walaupun ini sangat berat bagi Delisa, ditambah lagi dengan berita buruk ketiga kakaknya telah meninggal, jasadnya dikuburkan di kuburan masal. Sedangkan Ummi Delisa belum ditemukan jasadnya. Tapi mereka tetap memotivasi Delisa untuk tetap bertahan hidup, untuk melanjutkan kehidupan, menerima semuanya dengan ikhlas.

Setelah kabar tsunami di Aceh santer seantero dunia, Abi Delisa pulang dari Kanada untuk melihat keadaan keluarganya. Abi sangat sedih melihat keadaan Lhok Nga yang sudah datar, tinggal puing-puing. Kabar telah dikuburkannya Aisyah, Zahra, dan Fatimah membuat Abi semakin sedih. Sampai akhirnya ada kabar, Delisa masih hidup, ia dirawat di Kapal Angkatan Laut Amerika, itu membuat Abi merasa masih ada harapan. Kesedihan Abi berkurang. Meskipun belum ada kabar tentang Ummi.

Delisa bertemu dengan Abi. Delisa menceritakan semuanya dengan tenang. Tidak terlihat sebuah penyesalan dan pembangkangan. Dari kakinya yang sudah diamputasi, tangannya yang patah, kepalanya yang botak karena luka, dan giginya yang tanggal dua. Abi tidak menyangka Delisa lebih kuat menerima semuanya. Menerima takdir yang telah digariskan oleh Allah.

Beberapa bulan pasca tsunami, Delisa sudah bisa menerima keadaan yang sangat pahit itu, dia memulai kembali kehidupan dari awal bersama ayahnya. Hidup di posko-posko yang didirikan sukarelawan lokal maupun asing. Hidup dengan orang-orang yang senasib, mereka korban tsunami yang kehilangan keluarga, sahabat, teman dan orang-orang terdekat.

Beberapa bulan berikutnya, Delisa mulai masuk sekolah kembali. Sekolah yang dibuka oleh tenaga sukarelawan. Dan tugas yang dianggap berat berikutnya bagi Delisa adalah mengembalikan hafalan sholatnya. Hafalan shalatnya hilang begitu saja. Namun, bencana yang melanda Aceh tersebut membuat Delisa lebih dewasa, lebih memahami makna ikhlas. Ikhlas untuk menerima keadaan, dan yang terpenting ikhlas untuk menghafal hafalan shalatnya.


Akhir dari novel ini, Delisa mendapatkan kembali hafalan sholatnya. Melanjutkan hidup untuk kehidupannya. Menjalani semua dengan ikhlas. Suatu ketika, Delisa sedang mencuci tangan di tepian sungai, Delisa melihat ada pantulan cahaya matahari sore dari sebuah benda, cahaya itu menarik perhatian Delisa untuk mendekat. Tak dinyana, benda itu adalah kalung yang ada huruf D, D untuk Delisa. Delisa yakin itu adalah kalung yang dibelinya di toko Koh Acan bersama Ummi. Kalung untuk hadiah hafalan shalatnya. Selanjutnya yang membuat Delisa bertambah terkejut, kalung itu digenggam tangan manusia, tangan yang sudah tinggal tulang. Itu adalah Ummi Delisa.